Jumat, 07 September 2012

Sejarah Pangeran Diponegoro

Pangeran Diponegoro (lahir di Yogyakarta, 11 November 1785 – wafat di Makassar, 8Januari 1855 pada umur 69 tahun) adalah salah seorang pahlawan nasional RepublikIndonesia. Makamnya berada di Makassar. Diponegoro adalah putra sulung Hamengkubuwana III, seorang raja Mataram diYogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dari seorang garwaampeyan (selir) bernama R.A. Mangkarawati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri nonpermaisuri) yang berasal dari Pacitan. Pangeran Diponegoro bernama kecil Bendoro RadenMas Ontowiryo.Menyadari kedudukannya sebagai putra seorang selir, Diponegoro menolak keinginanayahnya, Sultan Hamengkubuwana III untuk mengangkatnya menjadi raja. Beliau menolakmengingat ibunya bukanlah permaisuri. Mempunyai 3 orang istri, yaitu: Bendara Raden Ayu Antawirya, Raden Ayu Ratnaningsih, & Raden Ayu Ratnaningrum.Diponegoro lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan merakyat sehingga ia lebih sukatinggal di Tegalrejo tempat tinggal eyang buyut putrinya, permaisuri dari HB I Ratu AgengTegalrejo daripada di keraton. Pemberontakannya terhadap keraton dimulai sejakkepemimpinan Hamengkubuwana V (1822) dimana Diponegoro menjadi salah satu anggotaperwalian yang mendampingi Hamengkubuwana V yang baru berusia 3 tahun, sedangkanpemerintahan sehari-hari dipegang oleh Patih Danurejo bersama Residen Belanda. Caraperwalian seperti itu tidak disetujui Diponegoro. Perang Diponegoro berawal ketika pihak Belanda memasang patok di tanah milikDiponegoro di desa Tegalrejo. Saat itu, beliau memang sudah muak dengan kelakuanBelanda yang tidak menghargai adat istiadat setempat dan sangat mengeksploitasi rakyatdengan pembebanan pajak.Sikap Diponegoro yang menentang Belanda secara terbuka, mendapat simpati dandukungan rakyat. Atas saran Pangeran Mangkubumi, pamannya, Diponegoro menyingkir dari Tegalrejo, dan membuat markas di sebuah goa yang bernama Goa Selarong. Saat itu,Diponegoro menyatakan bahwa perlawanannya adalah perang sabil, perlawananmenghadapi kaum kafir. Semangat "perang sabil" yang dikobarkan Diponegoro membawapengaruh luas hingga ke wilayah Pacitan dan Kedu. Salah seorang tokoh agama diSurakarta, Kyai Maja, ikut bergabung dengan pasukan Diponegoro di Goa Selarong.Selama perang ini kerugian pihak Belanda tidak kurang dari 15.000 tentara dan 20 jutagulden.Berbagai cara terus diupayakan Belanda untuk menangkap Diponegoro. Bahkansayembara pun dipergunakan. Hadiah 50.000 Gulden diberikan kepada siapa saja yangbisa menangkap Diponegoro. Sampai akhirnya Diponegoro ditangkap pada 1830. 16 Februari 1830 Pangeran Diponegoro dan Kolonel Cleerens bertemu di Remo Kamal,Bagelen, Purworejo. Cleerens mengusulkan agar Kanjeng Pangeran dan pengikutnyaberdiam dulu di Menoreh sambil menunggu kedatangan Letnan Gubernur Jenderal Markusde Kock dari Batavia.Lukisan Persitiwa Pengkapan Pangeran Diponegoro oleh VOC28 Maret 1830 Diponegoro menemui Jenderal de Kock di Magelang. De Kock memaksamengadakan perundingan dan mendesak Diponegoro agar menghentikan perang.Permintaan itu ditolak Diponegoro. Tetapi Belanda telah menyiapkan penyergapan denganteliti. Hari itu juga Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Ungaran, kemudian dibawa ke Gedung Karesidenan Semarang, dan langsung ke Batavia menggunakan kapal Pollux pada5 April.11 April 1830 sampai di Batavia dan ditawan di Stadhuis (sekarang gedung MuseumFatahillah). Sambil menunggu keputusan penyelesaian dari Gubernur Jenderal Van denBosch.30 April 1830 keputusan pun keluar. Pangeran Diponegoro, Raden Ayu Retnaningsih,Tumenggung Diposono dan istri, serta para pengikut lainnya seperti Mertoleksono, BantengWereng, dan Nyai Sotaruno akan dibuang ke Manado.3 Mei 1830 Diponegoro dan rombongan diberangkatkan dengan kapal Pollux ke Manadodan ditawan di benteng Amsterdam.1834 dipindahkan ke benteng Rotterdam di Makassar, Sulawesi Selatan.8 Januari 1855 Diponegoro wafat dan dimakamkan di kampung Jawa Makassar.lokasi makam Pangeran Diponegoro di Jl. Diponegoro Makassar, Sulawesi Selatan. Juli2008Dalam perjuangannya, Pangeran Diponegoro dibantu oleh puteranya bernama BagusSinglon atau Ki Sodewo. Ki Sodewo melakukan peperangan di wilayah Kulon Progo danBagelen.Ki Sodewo memiliki ibu bernama Citrowati yang meninggal dalam penyerbuan Belanda. KiSodewo kecil atau Bagus Singlon tumbuh dalam asuhan Ki Tembi, orang kepercayaanPangeran Diponegoro. Bagus Singlon atau Raden Mas Singlon atau Ki Sodewo setelahremaja menyusul ayahnya di medan pertempuran. Sampai saat ini keturunan Ki Sodewomasih tetap eksis dan salah satunya menjadi wakil Bupati di Kulon Progo bernama Drs. R.H. Mulyono.Setidaknya Pangeran Diponegoro mempunyai 17 putra dan 5 orang putri, yang semuanyakini hidup tersebar di seluruh Indonesia, termasuk Jawa, Sulawesi & Maluku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar